Memulai Bisnis dengan Validasi Market
Tak ada yang lebih menggairahkan daripada memulai bisnis baru.
Paling tidak itu yang dikatakan oleh banyak pengusaha. Matanya berbinar – binar, adrenalinnya bertambah. Rasa lelah tak terasa, karena keinginan yang berapi – api untuk mewujudkan ide baru.
Namun ide baru bisa menjadi petaka. Petaka karena ide ini membutuhkan biaya untuk diwujudkan. Ide ini membutuhkan waktu untuk dikerjakan. Dan ide ini butuh tenaga bahkan orang lain untuk dilibatkan. Tentu saja ada resiko dalam proses mewujudkan ide tersebut.
Disinilah awal kesuksesan atau bisa jadi awal kehancuran sebuah bisnis. Ketika saya memulai salah satu bisnis online saya., saya meyakinkan parnert kami bahwa akan banyak orang yang membeli produk kami. Karena kami punya market selebriti. Ada 10 selebriti dengan 1 juta follower saja, maka sudah ada 10 juta total follower.
Dari 10 juta follower jika conversation rate atau closing rate nya 1% saja, maka akan ada 100.000 orang beli. Bahkan jika 0.01 % pun masih ada 1.000 orang yang beli. Jika promosi 1x sehari, maka akan 1.000 transaksi per hari. Jika 1.000 transaksi x Rp. 200.000 rata2 transaksi / hari, maka omset rata-rata Rp. 200.000.000,-/hari atau 6 Milyar / bulan. Woowwwwwwww !!!!!!
Tunggu…tungggu…bangun..bangun….
Indah banget hidup kalau semau berjalan lancar
Sebelum transaksi Rp.200.000.000,- tercapai, pasti ada transaksi kecil dulu, ibarat naik gedung , sebelum ke lantai 10 mesti lewatin lantai 3,4,5, 6 , 7 ,8 & 9 dulu.
Artinya harusnya kita uji coba dulu pada skala kecil.
Apakah memang target customer kita butuh produk tersebut ?
apakah memang mereka menginginkan produk tersebut ?
Produk adalah solusi dari masalah.
Apakah kita memang menjual produk yang menjadi solusi dari masalah mereka.
jika menjual produk selebriti dan target nya adalah para fans , apakah para fans memang memiliki “masalah” dengan produk selebriti ?
apakah memang mereka punya keinginan untuk memiliki produk selebriti ?
jika ya, berapa budget yang akan mereka keluarkan ?
apa betul mereka akan mau mengeluarkan uang Rp. 200.000,- untuk transaksi produk selebriti ?
ini yang kita sebut dengan validasi market
Ada 2 pertanyaan dalam validasi market :
1. Apakah betul target customer kita memiliki masalah sesuai dengan asumsi kita ?
2. Jika ya, apakah mereka ingin mengeluarkan uang untuk membayar solusi masalah tersebut ?
berapa yang mereka mau bayar
Ini ada contoh lain.
Banyak pengendara motor yang khawatir motornya dicuri. ( INI MASALAH )
Ada banyak solusi untuk masalah pencurian motor : pengamanan motor & alat pelacak motor jika sistem pengamanan bisa dijebol.
Harga GPS untuk motor paling murah Rp. 2.000.000,-. Apakah pemilik sepeda motor mau membeli seharga Rp. 2.000.000,- ?
Faktanya sedikit sekali yang mau beli.
Ada pengusaha yang mencoba business model yang berbeda, dengan sistem sewa Rp.75.000 / bulan, sangat murah kan dibanding 2 juta ?
namun ternyata juga tidak berhasil dipasaran. Karena Rp. 75.000/ bulan x 12 bulan = Rp. 900.000,- / tahun
ternyata itu lebih mahal dari premi asuransi motor bebek. Hehehe
Bahkan asuransi motor pun jualnya susah, kecuali lewat leasing mobil.
Jika Anda nyicil mobil / motor , berapa % yang tetap membeli asuransi ketika cicilan sudah lunas ?
ternyata tidak bayak juga . ( Target customer tidak mau mengelurkan uang )
Kalau orang bayar Rp75.000,-/ bulan juga tidak mau. Mending mereka beli asuransi. Kalau motor hilang, akan diganti yang baru. Kalau GPS, motor hilang, masih harus ada usaha untuk melacak motor, berurusan dengan pencuri dan perlu minta bantuan polisi. Jadi urusan belum selesai ketika beli GPS saja.
Kalau diatas kertas, penjualan GPS pasti akan laris manis. Namun fakta di lapangan berbeda. Ini lah fungsi validasi market.