Masalah kok dicintai ?
Sebutlah namanya Pak Anto, seorang Bapak dengan 2 orang anak,. Secara logika orang tersebut butuh untuk hidupnya berubah dalam hal finansial. Istri tidak bekerja. Gaji bulanan pas – pasan. Tahun depan anak pertama masuk SD dan anak kedua masuk TK. Untuk kondisi hidup sekarang aja pengahsilannya pas – pas an. Untuk menghadapi pengeluaran tahun depan merupakan jalan yang berat untuk Pak Anto.
Sebutlah namanya Wulan. Seorang mahasiswi tingkat akhir yang sudah 3 tahun menjalani hubungan pacaran yang mulai tidak sehat dengan kekasihnya. Ada saja hal – hal kecil yang membuat mereka bertengkar. Mulai karena hanya masalah milih tempat makan atau agak lama balas sms. Namun konflik yang sudah berjalan sedemikian lama tetap dipelihara oleh wulan.
Fardian seorang karyawan yang sudah jenuh dengan segala pekerjaan di kantor yang under pressure. Bos yang seenaknya, liat wajahnya saja fardian sudah mau muntah rasanya. Belum lagi senin sampai jumat berangkat jam 6 pagi bahkan sabtu pun kadang lembur. Lembur pun sering mendadak, jumat sore baru dikasih tau atasannya. Padahal sebelumnya dia sudah ada rencana mengisi hari sabtu hang out dengan teman-teman kuliah di Bandung. Kondisi ini sudah berjalan 5 tahun. Dia sudah muak, tapi kenapa belum mengambil keputusan.
Banyak kah orang yang mengeluh setiap hari tapi masih menjalani kehidupan yang sama ? Kadang dengerin orang seperti ini curhat juga pasti sangat membosankan bukan ? tak jarang keluhan yang sama disampaikan sampai beberapa bulan bahkan parahnya sampai beberapa tahun . Eits, jangan – jangan bukan orang lain atau teman Anda. Jangan – jangan Anda sendiri yang sekarang sedang membaca tulisan ini, adlaah orang yang selalu mengeluh maslaah yang sama tapi tidak berubah juga…
Kalau Anda orang nya, Kalau Anda mengalami masalah yang sama dan berulang – ulang dan tetap tidak berubah. Kalau Anda orang yang selalu complain dan curhat ke teman Anda tentang masalah yang sama..dan mukanya mulai kelihatan bete karena Anda selalu curhat masalah yang sama…SELAMAT..karena ini akan kita tuntaskan SEKARANG…
Sebentar ..sabar…kenapa orang yang sudah jelas secara logika bosan/jenuh dengan masalahnya,tetap tidak berubah ? jawabannya karena manusia bergerak melakukan sesuatu bukan Karena factor logika tapi karena adanya emosi. Logika adalah pembenaran atau trigger awal. Contoh kasus seseorang yang belum menikah di usia 35 tahun. Secara logika orang tersebut tahu bahwa tatanan kebiasaan bahwa kebanyakan orang menikah sebelum usia 30 tahun. Tapi secara emosi dia belum punya dorongan yang sangat kuat ,kenapa dia harus menikah. Dia masih menikmati kebebasan. Tulisan ini bukan mengatakan bahwa umur 35 tahun belum menikah itu tidak baik, Karena itu adalah hak individual setiap orang.
Manusia melakukan sesuatu karena terdorong oleh emosi, bukan logika.
Tapi kan pada ketiga kasus diatas mereka sudah merasakan emosi ( marah,tidak nyaman, takut mengahadapi masa depan ) ? betul mereka sudah emosi, tapi emosinya belum cukup kuat.Dalam kata lain, mereka masih bisa menikmati masalah mereka. Mereka tidak terlalu butuh untuk keluar dari masalah. Atau mereka masih nyaman dengan masalah mereka sendiri.
Lho kok ada orang yang nyaman dengan masalahanya sendiri ?
Saya kenal dengan seseorang umur 59 tahun, awal tahun lalu beliau pernah kena serangan stroke ringan,untungnya ditangani dengan cepat dan 3 bulan kemudian dokter menyatakan sembuh total. Tapi dirinya masih menganggap dia stroke. Saat ini pakai kursi roda dan selalu mengeluh sakit. Hari – hari menjengkelakn terjadi di keluarga beliau,akibat beliau yang selalu teriak – teriak sakit dan merepotkan keluarganya. Kenapa dia tidak ingin sembuh? Padahal dokter sudah bilang 100% sembuh, dibuktikan dengan latihan psikoterapi. Anda tau kenapa , karena Bapak ini merasa ketika dia sakit, dia diperhatikan banyak orang. Dia merasakan kenyamanan saat diperhatikan orang lain. Dia merasa dapat perhatian yang besar saat sakit. Kalau tidak sakit dia tidka dapat perhatian orang lain.
Banyak orang yang sebenarnya mencintai masalahnya. Itu lah kenapa banyak orang yang tidak bisa berubah. They don’t really wanna change.